Energi sirkular merupakan sumber energi terbarukan yang berbasis material yang sudah tidak layak pakai. Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam sektor ini, terutama pada minyak jelantah (Used Cooking Oil / UCO), limbah plastik bekas (Plastic Pyrolysis Oil / PPO), dan minyak yang berasalaj dari limbah dan barang bekas (Tire Pyrolysis Oil / TPO).
Tapi kesadaran masyarakat untuk mengumpulkan limbah – limbah tersebut masih rendah, sehingga membuat perusahaan yang bergerak dalam bidang pengelolaan limbah tersebut masih kekurangan bahan baku.
Minyak goreng bekas atau minyak jelantah yang dapat diolah menjadi biodiesel untuk bahan bakar kendaraan bermesin diesel. Dalam pengumpulan minyak jelantah masih sangat kesulitan karena banyak minyak jelantah yang dibuang begitu saja dan mencemari lingkungan.
Padahal jika pemanfaatan minyak jelantah dapat dilakukan dengan maksimal dapat mengurangi limbah cair yang menjadi polutan pada air permukaan (sungai, danau, laut) serta air tanah sebagai sumber air bersih bagi masyarakat.
Rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan minyak jelantah tercermin dari survey yang dilakukan Traction Energy Asian tahun 2022. Hanya 22% responden yang mengelola minyak jelantah yang dihasilkan, dan 78% sisanya membuang minyak jelantah kesaluran air. Dari 1 liter minyak jelantah yang dibuang kesaluran air, akan mencemari 1.000 liter perairan.
PT. Lima Pilar Resources (LPR) yang bergerak pada sektor energi dan logistik telah mengakuisisi PT. Arkad Niaga Indonesia yang bergeak pada perdagangan minyak jelantah. Langkah ini menjadi strategi dalam meningkatkan sinergi dalam mendorong pertumbuhan industri pengolahan limbah untuk pengembangan energi sirkular di Indonesia.
Baca Juga : Pengelolaan Industri Petrokimia Nasional.
