Crude Palm Oil (CPO) atau minyak sawit mentah merupakan komoditas ekspor andalan Indonesia. Jika harga minyak nabati ini tinggi akan membuat neraca perdagangan surplus dan begitupun sebaliknya.
Sejak tahun 2022 yang lalu harga CPO terus turun dan rabu kemarin harga nya turun menjadi 3.201 ringgit (MYR) per ton. Sepanjang tahun ini saja, harga komoditi ini sudah terkoreksi sebesar 23%.
Penurunan harga terjadi karena kondisi perekonomian global yanng lesu dan banyak ketidakpastian kondisi ekonomi. Ditambah lagi salah satu pengguna CPO terbesar di dunia, china mengalami goncangan ekonomi sehingga kondisinya semakin sulit.
Biro statistik China mengatakan purchasing managers index (PMI) manufaktur bulan mei turun, yang sebelumnya 49,2 sekarang menjadi 48,8. Penurunan ini mengindikasikan terjadi penurunan aktivitas usaha yang berakibat pada penurunan permintaan CPO dari China sehingga harga CPO juga turun.
Menurut Bada Pusar Statistik (BPS) nilai ekspor periode januari – april 2023 hanya sebesar US$ 8,8 miliar turun sekitar 20% dibanding periode yang sama pada tahun 2022. Apakah era penggunaan biosolar dunia akan berakhir? Atau ini hanya kondisi sementara dikarenakan ekonomi yang lagi lesu.
Baca Juga : Produk Baru Pertamina, Lebih Baik Dari Biosolar?