Peran Strategis B40 dalam Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca Sektor Transportasi

Dalam upaya mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060, Indonesia tengah mempercepat transisi energi menuju sumber yang lebih bersih dan berkelanjutan. Salah satu langkah strategis yang menjadi sorotan adalah implementasi program B40, yaitu bahan bakar campuran 40% biodiesel (FAME) dengan 60% solar konvensional.

Kebijakan ini bukan hanya langkah teknis di sektor energi, tetapi juga strategi nasional untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK), khususnya dari sektor transportasi yang menjadi penyumbang signifikan polusi karbon.

Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), penggunaan B40 berpotensi menekan emisi karbon hingga sekitar 41 juta ton CO₂ per tahun. Angka ini berasal dari penggantian sebagian besar bahan bakar fosil pada sektor transportasi darat dengan biodiesel berbasis minyak sawit yang memiliki intensitas karbon lebih rendah.

Perhitungan potensi pengurangan emisi GRK dari implementasi B40 dapat dijelaskan melalui beberapa parameter kunci:

  1. Volume konsumsi biodiesel nasional.
    Jika asumsi kebutuhan solar nasional untuk transportasi sekitar 30 juta kiloliter per tahun, maka penerapan B40 berarti penggunaan 12 juta kiloliter biodiesel (40% dari total campuran).
  2. Faktor emisi bahan bakar.
    • Solar konvensional menghasilkan rata-rata 2,68 kg CO₂ per liter.
    • Biodiesel dari minyak sawit memiliki faktor emisi sekitar 1,2–1,6 kg CO₂ per liter, tergantung proses produksi dan sumber bahan baku.
  3. Selisih emisi per liter campuran.
    Jika diasumsikan penghematan emisi 1 kg CO₂ per liter bahan bakar yang diganti dengan biodiesel, maka dengan konsumsi 12 miliar liter biodiesel per tahun, potensi pengurangan mencapai:

≈ 12 miliar liter × 1 kg CO₂ = 12 juta ton CO₂ per tahun.

Namun, dengan memperhitungkan efek substitusi pada sistem rantai pasok energi dan efisiensi kendaraan, potensi pengurangan total bisa mencapai 41 juta ton CO₂ per tahun, seperti diproyeksikan oleh ESDM.

Indonesia telah berkomitmen melalui Nationally Determined Contribution (NDC) untuk menurunkan emisi sebesar 31,89% secara mandiri dan 43,2% dengan dukungan internasional pada tahun 2030. Sektor energi dan transportasi menjadi tulang punggung pencapaian target tersebut.

Implementasi B40 dapat berkontribusi signifikan terhadap komponen energi dalam NDC, mengingat sektor transportasi menyumbang sekitar 28% dari total emisi nasional. Dengan keberhasilan B40, Indonesia bukan hanya memperkuat posisi dalam komitmen global Perjanjian Paris, tetapi juga membangun model keberlanjutan yang dapat diadaptasi oleh negara berkembang lainnya.

Meski potensinya besar, penerapan B40 tidak tanpa tantangan. Beberapa isu utama yang perlu diatasi antara lain:

  • Kestabilan pasokan bahan baku (CPO) agar tidak mengganggu pasar pangan.
  • Peningkatan kapasitas produksi biodiesel nasional agar sesuai dengan kebutuhan energi transportasi.
  • Pengembangan teknologi katalis dan mesin untuk memastikan kompatibilitas dan efisiensi kendaraan terhadap bahan bakar B40.
  • Dampak lingkungan dari ekspansi lahan sawit, yang harus dikendalikan agar manfaat reduksi emisi tidak tereduksi oleh deforestasi.

Sebagai solusi jangka panjang, pemerintah juga tengah meneliti biofuel generasi kedua (berbahan baku limbah pertanian, minyak jelantah, dan mikroalga) yang lebih berkelanjutan dan tidak bersaing dengan pangan.

Implementasi B40 merupakan langkah konkret dan strategis dalam perjalanan Indonesia menuju Net Zero Emission 2060. Dengan potensi pengurangan emisi hingga 41 juta ton CO₂ per tahun, kebijakan ini menjadi salah satu tonggak penting dalam transformasi energi nasional.

Namun, keberhasilan program ini membutuhkan sinergi lintas sektor—mulai dari industri sawit, transportasi, teknologi otomotif, hingga kebijakan lingkungan. Jika dikelola secara berkelanjutan dan inklusif, B40 bukan hanya bahan bakar alternatif, tetapi simbol nyata komitmen Indonesia terhadap masa depan rendah karbon dan berkeadilan iklim.

Baca Juga : Kelapa Sawit sebagai Sumber Oleokimia : Produk Non-Pangan untuk Kosmetik, Deterjen, hingga Biofuel.

Tentang Penulis

afnajayapratama

1 Komentar

  1. […] Baca Juga : Peran Strategis B40 dalam Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca Sektor Transportasi. […]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses