Pada semester I 2025, penerapan program biodiesel B40 di Indonesia diperkirakan akan menghasilkan penghematan devisa yang signifikan. Program ini merupakan kelanjutan dari program B35 yang telah berhasil mengurangi ketergantungan impor bahan bakar fosil.
Dampak Positif Program B40
1. Pengurangan Impor Solar
Penerapan B40, yang mewajibkan pencampuran 40% FAME (Fatty Acid Methyl Ester) dari minyak sawit ke dalam 60% solar, secara langsung mengurangi volume solar yang perlu diimpor. Dengan meningkatnya persentase campuran biodiesel, kebutuhan akan solar impor akan berkurang drastis, sehingga mengurangi pengeluaran devisa negara.
2. Peningkatan Nilai Tambah Komoditas Sawit
Program B40 memberikan nilai tambah pada komoditas sawit dalam negeri. Dengan adanya peningkatan permintaan untuk FAME, harga tandan buah segar (TBS) sawit akan stabil dan bahkan meningkat. Hal ini berdampak positif pada kesejahteraan petani sawit dan mendorong industri hilir kelapa sawit di Indonesia.
3. Stabilitas Harga dan Ketahanan Energi
Penggunaan biodiesel dalam jumlah besar membantu menciptakan ketahanan energi nasional. Ketergantungan terhadap fluktuasi harga minyak dunia akan berkurang, karena Indonesia memiliki sumber bahan baku domestik yang melimpah.
Estimasi Penghematan Devisa
Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), penghematan devisa dari program B35 pada tahun sebelumnya mencapai lebih dari $5 miliar. Dengan meningkatnya persentase campuran menjadi B40, penghematan devisa pada semester I 2025 diproyeksikan bisa mencapai $3-4 miliar.
Perhitungan ini didasarkan pada asumsi harga minyak mentah global dan volume konsumsi solar dalam negeri. Setiap liter solar yang digantikan dengan biodiesel B40 berarti penghematan devisa sebesar selisih harga antara impor solar dan biaya produksi FAME.
Tantangan dan Solusi
Meskipun memiliki dampak positif yang besar, penerapan B40 juga menghadapi beberapa tantangan, seperti:
- Kualitas dan ketersediaan FAME: Diperlukan standarisasi kualitas FAME dan jaminan pasokan yang konsisten.
- Performa mesin: Diperlukan riset dan pengembangan lebih lanjut untuk memastikan biodiesel B40 tidak merusak komponen mesin kendaraan.
- Logistik dan infrastruktur: Perluasan infrastruktur distribusi dan tangki penyimpanan yang memadai.
Pemerintah terus bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk Pertamina, BPDPKS, dan industri otomotif, untuk mengatasi tantangan tersebut dan memastikan implementasi program B40 berjalan dengan lancar.
Program biodiesel B40 bukan hanya sekadar kebijakan energi, tetapi juga instrumen strategis untuk meningkatkan kemandirian ekonomi Indonesia. Dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam domestik, program ini berhasil mengurangi ketergantungan pada impor, menciptakan penghematan devisa yang signifikan, dan memberikan dampak positif bagi seluruh rantai pasok industri kelapa sawit.
Baca Juga : Mendorong Kemandirian Energi dan Ekonomi Hijau Indonesia.