Industri kelapa sawit akan menghadapi tiga tantangan yang cukup krusial di masa mendatang. Tantangan yang pertama dari kegiatan produksi di perkebunan kelapa sawit, antara lain isu lingkungan meliputi peralihan lahan, deforestasi, dan berkurangnya keragaman hayati akibat ekspansi hutan menjadi perkebunan.
Tantangan yang kedua adalah tentang larangan ekspor kelapa sawit asal Indonesia di berbagai negara uni eropa. Akibat dari isu kesehatan, lingkungan, perlindungan hewan, dan sosial. Dari berbagai isu itu membuat ekspor minyak kelapa sawit menjadi turun.
Tantangan yang terakhir adalah pemanasan global dalam hal ini perubahan iklim yang signifikan sehingga dapat mempengaruhi produktivitas perkebunan kelapa sawit yang ada.
Ketiga tantangan wajib untuk dicarikan solusinya, agar manfaat dari hilirisasi industri sawit dapat secara luas dirasakan oleh masyarakat. Sehingga manfaat dari industri sawit dapat dirasakan oleh petani sawit sehingga menciptakan peningkatan taraf hidup dan pendapatan petani sawit.
Untuk itu, salah satu caranya adalah menggunakan analitika bisnis agar dapat mengintegerasikan penggunaan data, teknologi informasi, analisis statistik, metode kuantitatif, dan model pendekatan matematika untuk memeperoleh solusi yang tepat.
Antara lain implementasi moratorium kelapa sawit yang dibarengi dengan peremajaan perkebunan kelapa sawit, menciptakan atmosfer industri sawit berkelanjutan, mengaplikasikan teknologi informasi yang melibatkan petani kelapa sawit dalam proses sertfikasi berkelanjutan, memaksimalkan upaya ekspor ke beberapa negara tujuan yang potensial. Dan terakhir adalah langkah peningkatan infrastruktur dan logistik.
Baca Juga : Kesiapan Menuju Mandatori BBN B40.