Menurut lembaga penyelidikan ekonomi dan masyarakat universitas indonesia (UI), pemerintah harus berjuang di word trade organization (WTO) untuk berdiskusi dengan uni eropa mengenai bea masuk biodiesel.
Diskusi harus dilakukan dengan terukur dan berani, karena dampak dari kebijakan bea masuk ini dapat mengurangi nilai ekspor sehingga berakibat turunnya devisa negara. Dan lebih jauh lagi, jika mengganggu aktivitas ekspor maka petani yang rentan terhadap goncangan akan menjadi rentan.
Bea masuk sebesar 8 – 18 persen itu, akan sangat berdampak bagi sektor industri energi yang saat ini tengah menanjak seiring di tingkatkan program mandatori BBN menjadi B35.
Selain perundingan, pemerintah juga harus mendorong pemanfaatan yang sebesar – besar sehingga penyerapan biodiesel untuk kebutuhan dalam negeri semakin lebih besar.
Baca Juga : Menggali Potensi Tanaman Lain Untuk Biodiesel.
