Industri minyak sawit Indonesia terus menghadapi serangan black campaign dari berbagai pihak anti-sawit. Tema kampanye negatif (black campaign) yang saat ini marak diusung oleh pihak anti-sawit tersebut adalah mengaitkan perkebunan kelapa sawit dengan masalah lingkungan hidup. Selain dituduh sebagai driver utama deforestasi, kebun sawit juga dianggap sebagai penyebab terjadinya pemanasan dan perubahan iklim global.
Masalah pemanasan global merupakan masalah yang sangat serius dan memerlukan solusi yang fundamental dan holistik.
PASPI (PalmOil Agribusiness Strategic Policy Institute) dalam laporannya tersebut menegaskan, pemanasan global bukan disebabkan oleh ekspansi perkebunan kelapa sawit, melainkan akibat dari peningkatan intensitas efek gas rumah kaca pada atmosfer bumi.
Berdasarkan hasil studi, diketahui bahwa emisi CO2 merupakan kontributor yang paling besar dalam emisi GRK global dengan laju peningkatan yang cukup signifikan. Karbon dioksida (CO2) dilepaskan ke atmosfer tidak hanya bersumber dari respirasi manusia dan hewan, namun akibat pembakaran energi fosil yang dilakukan pada sektor industri, listrik, dan transportasi (Matawal dan Maton, 2013 dalam jurnal berjudul Climate Change and Global Warming: Signs, Impact, and Solution).
Pernyataan tersebut juga terkonfirmasi oleh penelitian IEA (2016) berjudul Emissions from Fuel Combustion yang menunjukkan bahwa sektor energi fosil global (batu bara, gas, dan minyak fosil) baik pada proses produksi maupun konsumsi berkontribusi sebesar 68 persen terhadap emisi GRK global.
Oleh karena itu, tuduhan pihak anti-sawit yang mengaitkan dan menyalahkan kebun sawit sebagai penyebab dari pemanasan global dan perubahan iklim adalah tuduhan yang tidak tepat dan tidak sesuai dengan fakta empiris.
Baca Juga : Transesterifikasi : Proses Pengolahan Minyak Nabati Menjadi Biodiesel.
[…] Baca Juga : Perkebunan Sawit Bukan Penyebab Terjadinya Pemanasan Global. […]