Perkebunan kelapa sawit sering diasumsikan negatif terhadap lingkungan. Asumsi negatif ini, menurut beberapa data ilmiah yang ada merupakan pendapat yang kurang tepat. Perkebunan kelapa sawit memiliki kemampuan tinggi dalam menyerap karbon (carbon sink) yang sangat dibutuhkan untuk mengatasi perubahan iklim global.
Apa Itu Carbon Sink?
Carbon sink adalah ekosistem atau sistem biologis yang mampu menyerap dan menyimpan karbon dioksida (CO₂) dari atmosfer melalui proses fotosintesis. Semakin besar kemampuan menyerap karbon, semakin besar pula perannya dalam mitigasi pemanasan global.
1. Perkebunan Sawit Menyerap Karbon dan Menghasilkan Oksigen
Melalui proses fotosintesis, tanaman sawit menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen yang penting bagi makhluk hidup di bumi. Berikut datanya:
- Kemampuan menyerap karbon (CO₂): 64,5 ton/hektar/tahun
(Sumber: Henson, 1999) - Kemampuan menghasilkan oksigen (O₂): 18,7 ton/hektar/tahun
(Sumber: Henson, 1999)
Perbandingan dengan Hutan:
- Kebun sawit: 36 ton CO₂/hektar
- Hutan: 25 ton CO₂/hektar
(Sumber: PPKS, 2023)
2. Biosekuestasi: Sawit Menyimpan Karbon dalam Biomassa
Biosequestration adalah proses alami penyerapan dan penyimpanan karbon dalam biomassa tanaman, termasuk batang, pelepah, buah, hingga akar.
Fakta Menarik:
- Rata-rata stok karbon pada kebun sawit di Indonesia mencapai 40 ton/hektar
(Sumber: Khasanah, 2019)
Stok karbon meningkat seiring usia tanaman:
- Usia 1–3 tahun: 5,8 ton/hektar
- Usia 19–24 tahun: 45 ton/hektar
(Sumber: Chan, 2002) - Usia 28 tahun: 74,4 ton/hektar
(Sumber: Kusumawati et al., 2021)
3. Sistem Perakaran Sawit juga Simpan Karbon
Tak hanya bagian atas, akar sawit (under ground biomass) menyimpan karbon secara signifikan. Penelitian menunjukkan bahwa kandungan karbon pada sistem perakaran meningkat seiring usia tanaman:
- Kandungan C-organik dan bahan organik terus meningkat dari usia 10, 25, hingga 35 tahun.
(Sumber: Harianja, 2009)
Dengan kemampuannya menyerap dan menyimpan karbon dalam jumlah besar, perkebunan sawit dapat menjadi solusi nyata mitigasi perubahan iklim, sekaligus menjadi alternatif carbon sink yang efisien dan produktif secara ekonomi.
Baca Juga : Biodiesel B40 Sawit Terbukti Aman, Indonesia Makin Dekat Swasembada Eneri.