Terdapat 7 Manfaat Implementasi Kebijakan Mandatori Biodiesel di Indonesia

Indonesia telah mencatatkan diri sebagai top 3 produsen dan konsumen biodiesel dunia. Bahkan dalam produksi dan konsumsi biodiesel berbasis sawit, Indonesia merupakan yang terbesar di dunia.

Pengembangan biodiesel berbasis sawit di Indonesia ini juga telah menciptakan berbagai manfaat sosial, ekonomi, dan ekologi yang dinikmati masyarakat secara keseluruhan. Terdapat tujuh manfaat dari pelaksanaan kebijakan mandatori biodiesel di Indonesia.

Pertama, membangun ketahanan energi berkelanjutan. Dalam 10 tahun terakhir, implementasi kebijakan mandatori biodiesel di Indonesia telah mampu mengurangi ketergantungan impor solar fosil cukup drastis. Pada tahun 2010, persentase volume solar fosil impor dari total konsumsi solar fosil domestik masih cukup tinggi, yakni mencapai 41 persen, namun jumlah ini terus mengalami penurunan dengan cepat sehingga persentasenya menjadi 10 persen pada tahun 2021.

Kedua, penghematan devisa dan penyehatan neraca perdagangan migas. Neraca perdagangan migas Indonesia dalam 20 tahun terakhir selalu negatif dengan defisit yang terus meningkat akibat impor minyak fosil yang terus meningkat. Kebijakan mandatori biodiesel domestik yang berdampak pada penurunan impor solar fosil tersebut juga secara langsung menghemat devisa untuk impor solar fosil atau dapat disebut sebagai devisa substitusi impor.

Ketiga, pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah. Hilirisasi minyak sawit (CPO) menjadi biodiesel menciptakan nilai tambah bagi perekonomian Indonesia. Nilai tambah yang dihasilkan dari biodiesel domestik meningkat dari sekitar Rp1,5 triliun tahun 2015 menjadi Rp5,8 triliun tahun 2018 dan terus meningkat menjadi Rp15,9 triliun tahun 2023.

Keempat, peningkatan kesempatan kerja dan pengurangan kemiskinan. Biodiesel menghasilkan manfaat sosial berupa penciptaan kesempatan kerja dan pengurangan kemiskinan. Tenaga kerja yang terserap akibat program mandatori biodiesel ini tidak hanya pada level industri (off farm), tetapi pada level kebun (on farm).

Kelima, stabilisasi harga TBS domestik dan instrumen pengelolaan pasar sawit dunia. Sebagai negara produsen sekaligus eksportir terbesar minyak sawit dunia, besar kecilnya volume ekspor minyak sawit dari Indonesia sangat mempengaruhi pergerakan harga minyak sawit dunia.

Keenam, peningkatan pendapatan rumah tangga petani sawit dan rumah tangga non-petani sawit. Peningkatan harga minyak sawit dan TBS sebagai bahan baku biodiesel akan meningkatkan pendapatan pelaku usaha perkebunan sawit, termasuk petani sawit.

Ketujuh, pengurangan emisi. Indonesia telah berkomitmen kepada masyarakat dunia dalam Paris Agreement untuk ikut proaktif menurunkan emisi karbon. Untuk mewujudkan komitmen tersebut, Indonesia telah menetapkan Nationally Determined Contribution yakni sebesar 29 persen dengan inisiatif sendiri hingga 41 persen dengan dukungan kerjasama internasional pada tahun 2030.

Substitusi solar fosil dengan biodiesel sawit dapat menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sekitar 40-70 persen. Berdasarkan data Kementerian ESDM dan BPDP diketahui bahwa dalam pelaksanaan mandatori biodiesel periode 2015-2023, pengurangan emisi gas rumah kaca meningkat signifikan dari sekitar 2,4 juta ton CO2 tahun 2015 menjadi 32,7 juta ton CO2.

Baca Juga : Menjawab Isu Negatif, Kelapa Sawit Ramah Lingkungan.

Tentang Penulis

afnajayapratama

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses