Potensi minyak jelantah di Indonesia memang sangat besar. Pertamina mengajak partisipasi aktif masyarakat untuk mendistribusikan minyak goreng bekas pakai. Hal ini bertujuan agar dapat diolah kembali menjadi bahan bakar ramah lingkungan yang berpotensi mendunia.
Langkah ini tidak hanya akan menggerakkan roda ekonomi sirkular dengan melibatkan masyarakat dalam pengumpulan limbah. Tetapi juga membuka lapangan pekerjaan baru dan memberikan reputasi hijau (green reputation) yang membanggakan bagi Indonesia di mata internasional.
Pemanfaatan minyak jelantah ini merupakan wujud hilirisasi di sektor bahan bakar. Sejalan dengan semangat hilirisasi mineral yang tengah gencar didorong, Pertamina melihat minyak jelantah sebagai aset berharga yang dapat diolah di dalam negeri. Tentunya, untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar ramah lingkungan. Ini akan menciptakan lapangan pekerjaan di sektor produksi, distribusi, hingga ritel.
Pertamina melalui PT Pertamina Patra Niaga telah meluncurkan program Green Movement UCO. Sebuah inisiatif pengumpulan minyak jelantah di sejumlah SPBU dan rumah sakit IHC Pertamina di Jabodetabek dan Bandung.
Program pilot project ini, yang akan berlangsung selama setahun dengan evaluasi berkelanjutan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan mempermudah daur ulang minyak jelantah sebagai bahan baku biofuel.
Pertamina Patra Niaga telah berhasil menggunakan UCO sebagai campuran bahan baku sustainable untuk produk avtur, menghasilkan Sustainable Aviation Fuel (SAF) yang mampu mengurangi emisi hingga 84% dibandingkan dengan bahan bakar jet konvensional. Ini adalah bukti nyata bahwa “sampah” dapur Indonesia memiliki potensi luar biasa untuk menerbangkan masa depan yang lebih hijau.
[…] Baca Juga : Potensi minyak Jelantah Yang Cukup Besar Di Indonesia. […]