Saat ini kemajuan industri sawit di Indonesia sedang mengalami tantangan peningkatan produksi. Dengan meningkatnya permintaan, tapi produksi sawit mengalami stagnan dan cenderung menurun setiap tahunnya. Hal ini membuat pengembangan hilirisasi sawit tidak dapat di lakukan dengan lebih cepat dan efektif.
Dari total luas perkebunan kelapa sawit yang ada, sekitar 9% masih belum menghasilkan yang artinya masih pembibitan atau awal proses tanam. Dan dari 91% kebun yang produktif, 46% di antaranya mengalami penurunan produksi karena umur pohon kelapa sawit yang sudah menua. Kondisi ini menjadi perhatian utama karena berpotensi mempengaruhi pasokan bahan baku untuk industri hilir.
Proyeksi produksi CPO tahun 2024 menunjukkan tren kenaikan, namun program hilirisasi industri kelapa sawit memerlukan perbaikan Good Agricultural Practies (GAP) di perkebunan untuk memastikan pasokan bahan baku yang stabil.
Ketersediaan bahan baku biodiesel merupakan syarat utama dalam keberlanjutan program hilirisasi industri. Dan tidak kalah penting adalah melakukan standarisasi terhadap stok kelapa sawit sehingga produk Indonesia dapat sertifikat green industri.
Baca Juga : Berbagai Manfaat Penggunaan HSD Dalam Sektor Industri.