Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan program mandatori biodiesel B40, atau bahkan B50 yang membutuhkan bauran Solar dengan 50% bahan bakar nabati minyak sawit, tidak akan menggangu pasokan minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) untuk kebutuhan bahan baku industri pangan seperti minyak goreng.
Mengenai bahan baku minyak sawit yang disebut makin terbatas, hal tersebut akan dikelola oleh Kementerian Pertanian dan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
Berdasarkan data Statistik Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, angka sementara 2023, kelapa sawit memiliki lahan seluas 16,8 juta ha dengan produksi sebesar 46,9 juta ton. Sementara itu, konsumsi CPO dalam negeri digunakan untuk 3 kebutuhan, yakni pangan, oleokimia dan biodiesel.
Gapki memaparkan kebutuhan CPO untuk bahan baku biodiesel B50 bakal meningkat menjadi 17,5 juta ton. Adapun, angka ini naik 25% dari kebutuhan CPO untuk program biodiesel B40 yakni sebesar 14 juta ton.
Menurut Gapki, berkaca dari program mandatori B30 yang ditingkatkan menjadi B35 untuk digunakan masyarakat luas, ekspor CPO juga makin tergerus lantaran permintaan untuk biodiesel perlahan menggeser serapan untuk pangan maupun pasar ekspor.
Kebutuhan CPO untuk biodiesel B40 saja bakal mencapai 14 juta ton/tahun, sedangkan untuk sektor pangan sekitar 11 juta ton/tahun. Dengan demikian, kebutuhan CPO domestik akan mencapai sekitar 25 juta ton/tahun.
Sekadar catatan, Gapki mendata total ekspor CPO dan produk turunannya mengalami penurunan menjadi 2,24 juta ton pada Juli 2024 dari 3,38 juta ton bulan sebelumnya atau turun sebesar 1,14 juta ton, setelah naik pada sebelumnya dengan 1,42 juta ton.
Nilai ekspor juga anjlok menjadi US$1,97 miliar dari US$2,79 miliar pada Juni, meskipun harga rata-rata CPO naik dari US$1.011/ton pada Juni menjadi US$1.024/ton cif Roterdam pada Juli.
Baca Juga : Bioetanol Masih Menghadap Tantangan Besar.
[…] Baca Juga : Stok CPO Untuk Biodiesel Apakah CUkup ? […]