Lebih dari 40% perkebunan kelapa sawit di Indonesia secara mandiri oleh petani ataupun kelompok tani. Sehingga potensi untuk mendorong keanekaragaman hayati lokal didalam perkebunan kelapa sawit dapat tingkatkan. Hal ini akan meningkatkan konservasi satwa liar yang ada di lingkungan perkebunan.
Berbeda dengan perkebunan yang dikelola oleh perusahaan yang mengdepankan aspek ekplorasi yang tinggi guna mencapi produksi kelapa sawit maksimal, perkebunan sawit rakyat cenderung dikelola secara tumpang sari. Artinya pohon sawit terkadang dicampur dengan tanaman lain.
Hal itu mendorong keanekaragaman dapat terjadi di areal perkebunan kelapa sawit. Walaupun dengan pegelolaan tersebut tidak membuat produksi kelapa sawit jadi maksimal, tapi memiliki efek yang baik untuk lingkungan.
Misalkan saja populasi kupu – kupu di area peprkebunan, biasanya akan sering dijumpai di area perkebunan karena membantu penyerbukan pada sawit. Tanaman lain yang dibiarkan tumbuh juga membuat kenaekaragaman satwa liar dapat terjaga.
Cara penanaman sawit yang berbeda disetiap perkebunan seperti tipe monokultur dewasa, tipe monokultur muda, dan tipe polikultur muda juga berefek pada populasi kupu – kupu.
Meingkatkan produksi sawit memang penting, tapi menjaga kearifan lokal juga menjadi yang utama. Bersinergi dengan alam membuat lingkungan hidup akan terasa nyaman untuk kita tinggali.
Baca Juga : Konsumsi Sawit Untuk Program Biodiesel Melebih Sektor Pangan.