Lahan gambut memiliki peran strategis bagi lingkungan dan sektor pertanian di Indonesia. Selain menyimpan cadangan karbon yang besar, gambut juga dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya, termasuk perkebunan. Namun, tanpa pengelolaan yang tepat, lahan gambut sangat rentan terhadap kebakaran dan penurunan permukaan tanah atau subsidence. Oleh karena itu, manajemen air dan konservasi lahan gambut menjadi kunci utama dalam praktik budidaya yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Mengapa Manajemen Air Sangat Penting di Lahan Gambut?
Karakteristik utama gambut adalah kandungan bahan organik yang tinggi dan kemampuan menyimpan air seperti spons. Ketika gambut dikeringkan secara berlebihan, struktur tanahnya menjadi rapuh, mudah terbakar, dan mengalami penurunan permukaan tanah secara permanen.
Manajemen air bertujuan menjaga muka air tanah (water table) pada level aman, sehingga gambut tetap lembap, stabil, dan tidak mudah terbakar. Pengaturan air yang baik juga membantu menjaga produktivitas lahan tanpa merusak fungsi ekologisnya.
Praktik Kanal Berjenjang sebagai Solusi Pengendalian Air
Salah satu praktik yang banyak diterapkan dalam pengelolaan gambut adalah pembangunan kanal berjenjang. Berbeda dengan kanal lurus yang berfungsi mengeringkan lahan, kanal berjenjang dilengkapi sekat-sekat air (water gate atau canal blocking) untuk mengatur aliran air secara bertahap.
Manfaat kanal berjenjang antara lain:
- Menahan air agar tidak langsung mengalir keluar lahan
- Menjaga muka air tanah tetap stabil
- Mengurangi risiko kekeringan ekstrem saat musim kemarau
- Memperlambat laju subsidence
Dengan sistem ini, air dapat dikelola sesuai kebutuhan budidaya tanpa mengorbankan kondisi gambut.
Pemantauan Muka Air Tanah secara Berkala
Selain infrastruktur fisik, pemantauan muka air tanah menjadi bagian penting dari konservasi gambut. Pemantauan dilakukan menggunakan piezometer atau sumur pantau yang ditempatkan di berbagai titik lahan.
Data muka air tanah digunakan untuk:
- Mengidentifikasi risiko kekeringan sejak dini
- Menentukan waktu penutupan atau pembukaan sekat kanal
- Mencegah kondisi gambut terlalu kering yang rawan terbakar
Dengan pemantauan rutin, pengelola lahan dapat mengambil keputusan berbasis data, bukan sekadar perkiraan.
Pencegahan Kebakaran dan Subsidence
Kebakaran gambut sering kali dipicu oleh kondisi lahan yang terlalu kering. Api tidak hanya membakar permukaan, tetapi juga merambat di bawah tanah, sulit dipadamkan, dan berdampak luas terhadap kesehatan serta lingkungan.
Manajemen air yang baik mampu menekan risiko kebakaran sekaligus memperlambat subsidence. Semakin stabil muka air tanah, semakin kecil kemungkinan gambut mengalami kerusakan permanen. Manajemen air dan konservasi lahan gambut bukan sekadar kewajiban lingkungan, tetapi juga investasi jangka panjang bagi keberlanjutan budidaya.
Melalui praktik seperti kanal berjenjang dan pemantauan muka air tanah, lahan gambut dapat dimanfaatkan secara produktif tanpa mengorbankan fungsi ekologisnya. Pendekatan yang bertanggung jawab inilah yang menjadi fondasi utama dalam mencegah kebakaran, menekan subsidence, dan menjaga masa depan lahan gambut Indonesia.
Baca Juga: Peran Lembaga Penelitian dan Pengembangan dalam Meningkatkan Kualitas B40.