Sertifikasi ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) dan RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) kini menjadi sorotan penting dalam upaya mewujudkan industri kelapa sawit yang berkelanjutan. Tidak hanya perusahaan besar, tetapi petani sawit swadaya juga mulai terdorong untuk mengikuti standar ini agar hasil kebunnya diakui secara nasional maupun internasional. Namun, perjalanan menuju sertifikasi bukanlah hal mudah bagi petani rakyat.
Bagi banyak petani swadaya, tantangan utama terletak pada biaya dan administrasi. Proses sertifikasi membutuhkan berbagai dokumen seperti legalitas lahan, catatan praktik pertanian, hingga bukti penggunaan pupuk dan pestisida yang aman. Hal ini sulit dipenuhi oleh petani kecil yang umumnya mengelola lahan 1–3 hektare dan belum terbiasa dengan sistem pencatatan formal. Selain itu, biaya pendampingan dan audit bisa mencapai puluhan juta rupiah, angka yang berat bagi sebagian besar petani mandiri.
Namun di sisi lain, manfaat yang dirasakan dari sertifikasi ini cukup besar. Petani yang sudah tersertifikasi mendapat akses pasar lebih luas, termasuk ke perusahaan besar yang mensyaratkan bahan baku sawit berkelanjutan. Selain itu, produktivitas dan efisiensi kebun meningkat karena petani mulai menerapkan praktik pertanian yang lebih baik—seperti pengelolaan pupuk yang tepat, konservasi tanah dan air, serta pengendalian hama terpadu. Di beberapa kelompok tani, pendapatan petani bahkan naik karena harga tandan buah segar (TBS) mereka dihargai lebih tinggi oleh mitra pembeli.
Upaya mencapai sertifikasi juga mendorong kerjasama antarpetani. Melalui kelembagaan seperti kelompok tani atau koperasi, petani dapat berbagi biaya audit, mendapatkan pelatihan, dan memperoleh bantuan teknis dari lembaga pemerintah atau LSM. Pendekatan kolektif ini terbukti mempercepat proses sertifikasi, khususnya untuk RSPO Independent Smallholder Standard (RSS) maupun ISPO versi terbaru yang menekankan aspek sosial dan lingkungan.
Ke depan, sertifikasi ISPO dan RSPO menjadi langkah penting untuk memastikan bahwa sawit Indonesia dihasilkan secara bertanggung jawab dan berkelanjutan. Dengan dukungan pemerintah, industri, dan lembaga pendamping, petani rakyat berpeluang besar menjadi bagian dari rantai pasok global yang semakin menuntut transparansi dan keberlanjutan.
Baca Juga : B40 – Pilar Ketahanan Energi Nasional di Tengah Krisis dan Gejolak Harga Minyak Dunia.