Menyusun Strategi Implementasi Biodiesel B50

Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) melakukan kajian untuk kesiapan implementasi program Biodiesel B50, yakni pencampuran 50% Bahan Bakar Nabati (BBN) dalam Minyak Solar.

Persiapan B50 pada tahun 2026, menurut kajian membutuhkan Crude Palm Oil (CPO) untuk mendukung skema B50 mencapai 17,5–18 juta ton. 

Namun, produksi nasional diprediksi stagnan di angka 60 juta ton hingga 2045 akibat terbatasnya lahan baru, penyakit tanaman seperti Ganoderma, dan rendahnya produktivitas di sektor hulu.

Rekomendasi strategis yang muncul yakni optimalisasi lahan tidur, peningkatan produktivitas tanaman, dan pemanfaatan teknologi input yang lebih efisien harus segera dijalankan.

Implementasi B50 diproyeksikan menurunkan ekspor minyak sawit sebesar 11,40% dibandingkan ekspor 2024. Di sisi lain, ketergantungan terhadap impor metanol untuk produksi biodiesel juga jadi sorotan. Menurut DMSI (2023), nilai impor katalis mencapai US$190 juta (Rp2,85 triliun) dan ini ironis di tengah upaya penghematan devisa lewat B50.

Jika B50 diterapkan tanpa penyesuaian harga. Oleh karena itu, BPDP mendorong pendekatan blending ratio dinamis, mirip dengan kebijakan bioetanol di Brasil, yang disesuaikan berdasarkan fluktuasi harga CPO global.

Baca Juga : Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia Yang Sangat Strategis.

Tentang Penulis

afnajayapratama

1 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses