Manfaatkan Biodiesel untuk Sektor Maritim

Sektor maritim nasional menghadapi berbagai macam tantangan dalam implementasi program biodiesel di Indonesia. Indonesia telah mencanangkan komitmen untuk mencapai emisi nol bersih atau net zero emission (NZE) maksimal pada tahun 2060 mendatang. Pemerintah Indonesia menerapkan lima prinsip utama guna mencapai target nol emisi, yaitu peningkatan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT), pengurangan energi fosil, penerapan kendaraan listrik di sektor transportasi, peningkatan pemanfaatan listrik pada rumah tangga dan industri, serta pemanfaatan carbon capture and storage (CCS).

Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT) adalah mencanangkan program biodiesel. Sejak saat itu, produksi biodiesel kelapa sawit di Indonesia terus meningkat dan menjadi salah satu negara produsen biodiesel kelapa sawit terbesar di dunia.

Pengembangan biodiesel kelapa sawit di Indonesia memiliki latar belakang pentingnya menjaga keberlanjutan lingkungan dan meningkatkan kemandirian energi nasional. Dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan ketergantungan pada bahan bakar fosil yang semakin tinggi maka upaya-upaya untuk mengembangkan energi terbarukan seperti biodiesel harus terus dilakukan bersama-sama oleh pemerintah, produsen biodiesel, serta masyarakat.

Pada awal tahun 2023 penggunaan B35 pada sektor transportasi darat dan sektor lain mulai direalisasikan. Program B35 menjadi mandatori di semua sektor, termasuk angkutan air dan TNI Angkatan Laut (AL). Meski begitu, tantangan dihadapi oleh sektor maritim Indonesia. Pasalnya, angkutan air maupun kapal TNI Angkatan Laut memiliki karakter berbeda dengan transportasi darat.

Mesin pada Kapal Republik Indonesia (KRI) memililki spesifikasi lebih ketat dibandingkan transportasi darat karena stabilitas penyimpanan bahan bakar di tangki kapal yang berubah-ubah. Masalah yang sering terjadi adalah filter blocking, deposit pada injektor, dan perawatan mesin yang lebih cepat sehingga mengganggu tugas KRI di laut dan meningkatkan biaya perawatan.

Kemudian sistem filtrasi dan metode penyimpanan yang tidak tepat pada kapal dengan penampungan besar dan lama sangat rentan terhadap degradasi kualitas biodiesel. Selain itu, biodiesel yang menyerap air dari lingkungan dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri atau jamur sehingga menghasilkan kontaminan sludge yang dikenal sebagai soft particle.

Sektor maritim memang memerlukan perhatian khusus karena kondisi lingkungan ekstrem dan penyimpanan bahan bakar yang lama dapat meningkatkan kontaminan dan kadar air, menurunkan kualitas bahan bakar, serta berdampak negatif pada mesin kapal.

Baca Juga : Perkebunan Sawit Bisa Selamatkan Bumi Dari Pemanasan Global.

Tentang Penulis

afnajayapratama

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses