Pemerintah memiliki target pertumbuhan ekonomi sebesar delapan persen serta percepatan swasembada pangan dan energi. Ada dua kunci dari sisi industri sawit dalam mendukung target pemerintahan tersebut, pertama mengoptimalkan kerja sama internasional seperti BRICS dan mendorong investasi di sektor hilirisasi sawit.
Kerja sama ekonomi bilateral Indonesia yang saat ini dengan 9-10 negara, tetapi produk sawit secara keseluruhan belum banyak dimanfaatkan dalam kerja sama bilateral ini. Karena ada beberapa insentif yang barangkali belum diketahui oleh dunia usaha di Indonesia.
Bergabungnya Indonesia menjadi anggota ke-10 BRICS, organisasi yang beranggotakan negara-negara berkembang, yaitu Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan pada 6 januari 2025 merupakan peluang besar untuk sektor sawit, apalagi negara-negara tersebut tidak ada yang menerapkan hambatan dagang terhadap produk sawit.
Kerja sama pemerintah dengan BRICS menjadi kunci menarik investasi untuk sektor sawit dari 10 negara itu kemudian menjadi pasar utama dari produk sawit Indonesia.
Kunci kedua untuk mencapai target swasembada dan ekonomi delapan persen yaitu dalam perluasan hilirisasi, tambahnya, namun Indonesia masih mengabaikan sawit untuk bernilai tambah tinggi seperti produk fitonutrien terutama betakaroten, tokoferol dan tokotrienol dan lain-lain.
Pangsa pasar dari tiga jenis produk tadi dalam 3 tahun terakhir tembus 10 miliar dolar AS. Dan tidak ada satupun perusahaan farmasi Indonesia menjadi produsen produk sawit bernilai tambah tinggi tersebut.
Dia menyebut potensi produk fitonutrien itu bisa mencapai 15 miliar dolar AS per tahun, atau 50 persen dari total ekspor sawit yang mencapai 30 miliar dolar AS. Maka perlu alih teknologi, insentif dari pemerintah supaya ada investasi.
Baca Juga : Langkah Strategi Untuk Masa Depan Sawit Indonesia.
[…] Baca Juga : Hilirisasi Industri Kelapa Sawit Menjadi Pendorong Swasembada Pangan dan Energi. […]