Kebijakan hilirisasi yang dicanangkan membuat dampak fluktuasi harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) dunia semakin berkurang terhadap ekonomi nasional. Ketergantungan ekonomi Indonesia terhadap fluktuasi harga minyak kelapa sawit tidak terlalu besar karena hilirisasi di sektor ini sudah dalam, sehingga membuat dampak dinamika pasar tidak terlalu signifikan.
Pemerintah melalui Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045, terus mengupayakan untuk memperkuat pengembangan beleid ini. Pada komoditas kelapa sawit, perkembangan jumlah/jenis produk turunan yang dapat dihasilkan oleh industri dalam negeri meningkat dari 48 jenis di tahun 2011, menjadi sekitar 200 jenis di tahun 2024.
Kebijakan restriksi impor masih cukup ketat untuk beberapa komoditas dan produk, sehingga menyebabkan sektor manufaktur Indonesia belum cukup kuat untuk menopang perekonomian ketika siklus harga komoditas melandai.
Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah RI adalah pengetatan impor untuk barang-barang jadi. Indonesia tidak pernah mempunyai kebijakan merestriksi impor bahan baku karena penting sekali bagi industri dalam negeri dan juga meningkatkan daya saing.
Nilai ekspor kelapa sawit dan turunannya pada 2023 mencapai 28,45 miliar dolar AS atau meliputi 11,6 persen dari total ekspor nonmigas, dengan rasio ekspor bahan baku (CPO/CPKO) dengan produk olahan (processed palm oil) 10,25 persen dan 89,75 persen.
Baca Juga : Strategi Menuju Masa Depan Energi Hijau.
[…] Baca Juga : Hilirisasi Kelapa Sawit Membuat Harga CPO Dunia Tidak Pengaruhi Ekonomi Indonesia […]