Ada beberapa jenis minyak nabati yang dikembangkan di dunia. Minyak sawit, minyak kedelai dan minyak bunga matahari merupakan jenis minyak nabati yang paling banyak dikembangkan dan dikelola secara industri.
Perkembangan minyak nabati sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu peningkatan populasi, harga minyak mentah, pendapatan, pemakaian bahan berbasis oleochemical, industri biofuel. Indonesia dan Malaysia merupakan eksportir utama minyak nabati yang berasal dari sawit dan beberapa negara ASEAN lain. Sedangkan minyak nabati dari kedelai dan bunga matahari eksportir terbesar dari negara non ASEAN seperti Ukraina, Rusia, Argentina dan Brazil.
Persaingan dagang ini menciptakan kompetisi di antar kawasan tersebut. Seperti kebijakan deforestasi yag dituduhkan oleh negara eropa ke eksportir minyak sawit. Kelapa sawit dipersepsikan merubahan kawasan hutan menjadi perkebunan kelapa sawit yang merusak ekosistem.
Kerjasama antar negara penghasil kelapa sawit harus kuat agar mampu menangkis persepsi yang salah ini. Perkebunan kelapa sawit biasanya dibuka di lahan gambut atau lahan lain yang sebelumnya tidak dikelola.
Uni eropa melakukan kebijakan itu untuk mendukung iklim industri nabati yang berasal dari kedelai dan bunga matahari. Padahal perkebunan kedelai dan bunga matahari telah melakukan deforestasi yang sangat luas. Karena dengan luas perkebunan sawit dan kedelai / bunga matahari yang sama, sawit mampu menghasilkan minyak nabati yang lebih banyak dan efektif.
Dengan perbandingan sederhana itu, seharus lebih baik membuka lahan sawit dari pada membuka lahan untuk kedelai ataupun bunga matahari.
Baca Juga : Memelihara Kelapa Sawit Agar Produksi Maksimal.