Seperti yang dibahas pada artikel sebelumnya mengenai program peremajaan sawit rakyat akibatnya menurunnya produksi kelapa sawit, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mengatakan harga CPO berpotensi semakin tinggi. Hal ini dipicu karena kenaikan permintaan dari pasar domestik sebesar 4% tidak dibarengi dengan peningkatan perkebunan kelapa sawit.
Hal ini menyebabkan stok sawit menjadi menurun dan lebih lanjut kondisi ini dapat mempengaruhi ekspor karena tentunya pemerintah akan memastikan kebutuhan domestik terpenuhi baru membuka kran ekspor CPO.
Kondisi tidak bisa dilepaskan dari buruknya pengelolaan tata kelola industri sawit terutama pada perkebunan kelapa sawit rakyat. Karena banyak lahan perkebunan yang dikelola pribadi yang umut pohon sawitnya sudah tua sehinggan produksinya tidak efisien kembali. Ditambah lagi cuaca ekstrim dan el NINO yang membuat produksi kelapa sawit terganggu dan menjadi rusak.
Perbaikan tata kelola menjadi hal yang mutlak untuk dilakukan, agar permasalah stagnasi stok kelapa sawit kembali naik seiring dengan kenaikan kebutuhan masyarakat akan bahan bakar nabati (BBN).
Baca Juga : Mampu Hemat Devia Rp 122 Triliun.