Green Gasoline atau energi hijau terus diupayakan oleh pemerintah agar semakin menjadi pilihan untuk customer. Bahan bakar nabati sekarang ini menjadi tulang punggung dalam meningkatkan penggunaan energi hijau di Indonesia.
Saat ini, pemerintah telah cukup sukses dalam menerapkan biodiesel (B35) sehingga mampu diterima di pasar domestik dan menjadi jenis bahan bakar pilihan masyarakat. Keberhasilan ini akan terus ditingkatakan untuk produksi biofuel lainya seperti bioetanol.
Hingga tahun 2023 bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) mencapai 12 persen. Namun angka ini masih jauh dari target 23 persen di tahun 2025. Untuk itu perlu adanya langkah yang signifikan untuk mempercepat dan mendekati target yang dicanangkan.
Untuk itu, pemerintah tengah mengembangkan bioetanol untuk mengakselerasi target dan juga untuk menghilangkan ketergantungan dengan bahan bakar fosil. Tapi kendala bahan baku menjadi tantangan yang paling besar untuk implementasi bioetanol.
Bahan untuk menghasilkan bioetanol, terbuat dari jagung, ubi kayu, umbi-umbian, tebu, aren, sorgum, kulit cokelat, kopi, dan bahan lainnya yang menggandung karbohidrat atau gula. Dari beberapa bahan baku tersebut dibutuhkan oleh manusia, terlebih lagi stok yag tersedia didalam negeri juga tidak melimpah seperti hal nya kelapa sawit sebagai bahan dasar biodiesel.
Baca Juga : Mengenal Bagian – Bagian Kelapa Sawit.