Ditengah program mandatori BBN yang sekarang telah mencapai B35, industri sawit nasional dalam keadaan tidak baik – baik saja. Target 90 juta ton pada 2045 masih sangat jauh untuk dicapai. Hal ini terjadi karena mandeknya peremajaan perkebunan sawit, hambatan dagang, dan kebijakan dalam negeri.
Indonesia memang menjadi negara produsen minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) terbesar di dunia. Namun dengan luas perkebunan yang dimiliki, seharusnya dapat menghasilkan lebih banyak lagi. Jangan sampai seperti industri gula yang pernah menjadi terbesar kedua di dunia, lalu anjlok karena kesalahan kebijakan dan iklim usaha yang rusak.
Penyebab utama menurunnya hasil perkebunan adalah efek dari kelapa sawit yang semakin tua. Untuk itu sangat penting program peremajaan sawit berjalan sesuai dengan rencana. Dari target 185.000 hektar per tahun, realisasi peremajaan hanya 25.000 30.00 hektar pertahun. Kondisi ini yang membuat hasil dari panen perkebunan sawit semakin menurun.
Baca Juga : Resistensi Eropa Ke Indonesia Masi Belum Selesai.